Mengenai Saya

Foto saya
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023

HADIAH NATAL


Sebagai orang beriman Katolik, tentunya tidak asing dengan “Natal” yang dirayakan setiap tahun sebagai hari raya keagamaan. Dalam ajaran Gereja Katolik, makna dari Natal sendiri adalah mengenang kelahiran “Sang Juru Selamat,” yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh Sta. Perawan Maria Bunda Allah.

Dalam perayaan natal pula, umat Katolik mengenang bagaimana Allah Yang Maha Kuasa, datang dan hidup sebagai dan bersama manusia. Mulanya Allah telah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, dan pada saat Natal Allah menyerupa seperti ciptaan-Nya, manusia yang amat dicintai-Nya. Allah meninggalkan “singgasana” yang penuh dengan kemuliaan dan tinggal bersama manusia, itu adalah bukti nyata bagaimana Allah mencintai manusia.

Siapa yang datang di waktu Natal. Dia yang datang, yang lahir di Bethlehem adalah Emanuel, yang berarti “Allah beserta kita.” Sekali lagi dikatakan bahwa Allah meninggalkan “singgasana” yang mulia untuk hidup sebagai manusia di tengah-tengah manusia. Jika Allah saja meninggalkan kemulian-Nya dan hidup sebagai manusia, lantas bagaimana kita manusia menyambut Allah itu? Apakah sekadar dengan hiasan penuh pernak-pernik pada pohon dan kandang natal? Atau pesta pora dengan alasan merayakan natal? Ataukah dengan menyiapkan hati. Memperbaiki pikiran, perkataan dan sikap kita? setidaknya meminta maaf dan memberikan maaf untuk siap batin menyambut dan merayakan Natal? 

“Yesus, datanglah dan tinggallah dalam hatiku, tetapi hati ku ini masih kotor, bersihkanlah dahulu hatiku dengan kuasa-Mu, agar Engkau layak tinggal di dalamnya.”

Selanjutnya, misteri keselamatan Allah ini tidak lepas dari ketaatan Bunda Maria. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” Pernyataan ini merupakan simbol penyerahan diri dan ketaatan Bunda Maria kepada Allah. Dia sadar sebagai hamba Tuhan, dan siap melaksanakan segala kehendak Tuhan, yang mana dalam ketaatannya itu, ia tetap yakin dan percaya sekalipun pedang menembus ke dalam hatinya.

Di era teknologi dan digital ini, segala sesuatu yang kita inginkan dengan mudah kita dapat, tanpa perlu banyak berkorban. Masa yang memanjakan ini, nyaris meninabobokan kita dari sikap berkorban. Kita cenderung lebih menghargai hal-hal yang bersifat membahagiakan dan akan mengeluh saat kita menderita, kita sakit, kita berkekurangan. Kita mengeluh pada sesama bahkan kita sampai mempersalahkan Tuhan yang tidak adil. Apakah kita masih pantas memanggil Maria dengan sebutan Bunda?

Kemudian, ada pula nilai baik yang diteladankan para gembala di Efrata. Ketika mereka mendengar kabar kelahiran Yesus, saat itu juga mereka bergegas menuju ke Bethlehem. Tidak terlihat penolakan dalam bentuk alasan atau pertanyaan apa pun. Siapa ayah-Nya? Siapa ibu-Nya? Atau alasan bahwa masih harus menggembalakan ternak. Dalam menyambut Tuhan yang lahir sebagai manusia, di kandang yang hina, sangat diperlukan sikap taat dan tanpa alasan. Sikap siap berkorban, sikap siap tanpa alasan apa pun dalam menyambut dan mewartakan kabar gembira, kabar keselamatan dengan perkataan kita dan dengan perbuatan kita setiap hari. Jadikan diri kita, perkataan kita dan perbuatan kita sebagai hadiah natal yang paling berarti bagi sesama kita.



Selamat Natal Untukmu Semua


1 komentar:

  1. Semoga kita dapat meneladani para gembala yang langsung bergegas ke betlehemem ketika malaikat Tuhan menampakan diri.
    Selamat natal juga buat semua yg disana,

    BalasHapus

NATAL

Natal dalam tradisi Gereja Katolik diartikan sebagai “Penghayatan atau Perayaan kelahiran Yesus Kristus Sang Penebus dunia.” Di malam penuh ...