Mengenai Saya

Foto saya
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

Senin, 06 Februari 2023

PENDIDIKAN MEMBENTUK ATAU MERUBAH?

 



Modestus Peter Iwan Doluhalang

 

Berbicara tentang pendidikan mengingatkan kita pada pendapat Plato, bahwa “Kesempurnaan bukanlah bakat, tetapi keterampilan yang membutuhkan latihan.” Saya katakan demikian karena memang dalam pendidikan kita dapat melatih keterampilan kita, baik bagi seorang guru atau pendidik maupun sebagai seorang peserta didik. Dari ketidaktahuan kita belajar menjadi tahu, dari tidak terampil kita berlatih menjadi terampil. Menanggapi hal ini, bangsa Indonesia sudah sejak lama memperjuangkan kecerdasan kehidupan rakyatnya, dengan tujuan tidak lain untuk memajukan peradaban bangsa Indonesia, karena memang maju dan mundur peradaban suatu bangsa bergantung pada maju dan mundurnya kualitas rakyatnya. Inisiatif bangsa Indonesia ini nampak jelas dalam pembangunan sekolah sebagai tempat pendidikan formal dari tingkat sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi.

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana kabar pendidikan setelah 77 tahun merdekanya bangsa ini? Katanya semua diatur dakam sistem pendidikan, dan dalam sistem itu semua peserta didik distandarisasikan. Jika demikian sekian banyak siswa di negara besar  seperti negara Indonesia ini pasti dianggap “bodoh,” karena apa? Karena setiap anak cerdas di masing-masing aspek dan memiliki banyak perbedaan, baik dari jenis potensi, latar belakang dan sebagainya dan tidak bisa disamaratakan. Meminjam pernyatan Albert Einstein bahwa “semua anak itu jenius, tetapi jika seekor ikan dinilai dari bagaimana cara dia memanjat pohon, anak itu akan merasa bodoh seumur hidupnuya.” Kemudian disampaikan juga oleh Bapak Pendidikan Bangsa Indonesia, Ki Hajar Dewantara bahwa “padi tidak bisa menjadi jagung dan jagung tidak bisa menjadi padi” demikian sistem pendidikan dengan ciri khas standarisasi harusnya ditiadakan, karena dengan adanya standarisasi pendidikan bukannya membentuk potensi anak, tetapi justru menghancurkan dan merubah potensi itu sesuai standar yang berlaku, padahal belum tentu standar itu sama dengan karakter anak itu sendiri. Dengan demikian sangat diharapkan semua pihak dalam menindaklanjuti hal ini, baik pihak pemerintah, pihak sekolah, orang tua dan masyarakat.

Yang memegang peran penting dalam pendidikan formal memanglah guru, tetapi pendidikan pertama dan terutama berada dalam  keluarga dan dalam masyrakat. Seperti kata Ki Hajar Dewantara bahwa “setiap orang bisa menjadi guru, dan setiap rumah bisa menjadi sekolah.” Artinya bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah saja, tetapi pendidikan juga terjadi di semua tempat. “setiap orang bisa menjadi guru” mengartikan bahwa pendidikan dalam hal belajar bisa didapatkan dari siapa saja, baik itu orang tua, keluarga dan teman. Pendidikan yang dimasudkan Bapak Pendidikan Nasional ini adalah pendidikan atau pembelajaran secara terbuka, dari siapa saja dan di mana saja. Dan dengan bebas mengekspresikan potensi diri sesuai dengan karakteristik. Dalam hal ini, dibutuhkan peran serta secara aktif dari masyarakat. Dikatakan demikian karena jika pembelajaran terjadi di mana saja, termasuk dalam lingkungan masyarakat, maka masyarakat pun harus memberikan contoh yang mendidik atau contoh yang baik.

Selanjutnya, beralih pada kebebasan belajar sesuai potensi diri. John Rawls dalam tesisnya tentang kebebasan setara menyatakan bahwa kebebasan pada satu pihak tidak akan menimbulkan konflik, jika tidak merugikan kebebasan pihak lain. Dua pihak yang hendak diandaikan di sini adalah pihak sekolah dan pihak peserta didik. Jika kebebasan siswa dalam belajar guna mengembangkan potensi diri yang berbeda-beda tidak diintimidasi oleh sistim standarisasi tidak mungkin ada siswa yang dicap “bodoh”. Karena apa, pada dasarnya setiap orang akan dengan bahagia dalam melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya, tinggal saja pihak kedua yaitu pihak sekolah membimbing, mengarahkan dan membentuk potensi, tanpa merubah potensi itu. Dengan demikian tidak mungkin tidak tercipta pendidikan yang efektif.

5 komentar:

NATAL

Natal dalam tradisi Gereja Katolik diartikan sebagai “Penghayatan atau Perayaan kelahiran Yesus Kristus Sang Penebus dunia.” Di malam penuh ...