Siang telah pergi meninggalkan gelapnya malam,
Sayup terdengar ratapan khazanah membias kian dalam.
Seolah musim belum berganti dan masih tetap hujan,
Sayang sekali, itu jauh dari khayalan.
Secarik kertas tertoreh tinta hitam,
Pena menari-nari ikuti irama hati yang kelam.
Untai kata bercorak lawan,
Bergambar asa menuntut antara angan dan jangan.
Sempatkah mimpi itu kurajut?
Sedang tak seorang pun datang menyambut.
Dapatkah cita itu kugapai?
Sementara mata memandang tapi tangan tak sampai.
Mengapa awan terbang semakin tinggi,
Sedang aku terus tertusuk duri?
Mengapa mereka cepat berlari,
Sementara aku jatuh dan enggan tuk berdiri?
Ternyata aku salah,
Mengapa dengan mudah ku pilih berlabuh,
Padahal buku yang ku baca bukan tenang laut?
Ah benar, tempat dan bakat itu tertaut.