Dalam Aksi Mengunjungi Umat Stasi Santu Petrus Ndao
(Kapela Santu Petrus Ndao)
Hari itu
hari Sabtu, tepatnya di tanggal 1 April 2023. Di atas laut yang tenang saya
bersama dua teman mahasiswa KKN ( Kuliah Kerja Nyata) STIPAS Keuskupan Agung
Kupang bersama Pastor Paroki St. Kristoforus Ba’a, RD. Ardy Meman dan seorang
suster berlayar menuju pulau Ndao, dalam rangka merayakan Hari Minggu Palma,
Hari Kamis Putih dan Jumat Agung bersama umat Katolik di sana. Pulau Ndao atau Rai
Dhao adalah sebuah pulau kecil di sebelah barat Pulau Rote di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Ndao adalah salah satu dari tujuh pulau di
wilayah Sunda Kecil, yang disebut “busur luar”. Di pulau ini terdapat sebuah Stasi
yang menjadi bagian dari Paroki St. Kristoforus Ba’a, Keuskupan Agung Kupang.
Saat
rombongan kami tiba, senyuman dan sambutan hangat dari umat Stasi yang hanya
berjumlah 11 (sebelas) KK memancar deras. Menggambarkan kerinduan akan
kehadiran seorang gembala iman. Bagaimana tidak, umat di pulau ini jarang merayakan
Ekaristi, lantaran jarak dan sulitnya transportasi, ditambah lagi dengan cuaca
yang bisa saja tidak menentu, sehingga imam atau pastor sulit mengunjungi stasi
ini. Namun semangat mereka dalam iman Katolik tidak pernah pudar, biarpun
mereka hidup sebagai minoritas di pulau ini, ditambah lagi dengan keterbatasan
yang mereka miliki, itu tidak menjadi penghambat dalam menumbuhkembangkan dan
memperteguh iman mereka.
“Mereka
hebat, mereka mandiri.” Ungkapkan itu mengalir begitu saja, setelah beberapa
hari tinggal bersama mereka. Meskipun
mereka kurang paham tentang teori keimanan Katolik, tetapi aksi, sikap dan
semangat iman mereka melampaui itu. Bapak Anton, Ketua Stasi Mengungkapkan
bahwa betapa merindunya mereka akan kehadiran imam, mereka haus akan itu. Dari
rasa “haus” yang mereka rasakan itu, menyulut semangat mereka, mereka telah
membangun sebuah kapela yang bagus, dengan sumbangan dari DIRJEN BIMAS KATOLIK,
dan dari kolekte dan iuran pembangunan (11 Kepala Keluarga). Beberapa umat pun menimpali,
bahwa “ketika imam tidak berkunjung, kami bergantian mengambil bagian dalam Ibadat
Sabda pada hari Minggu.” “Kami memang ingin memiliki seorang imam yang menetap
di sini, di Stasi kami ini, namun kami juga tahu bahwa kami belum punya Rumah
Pastoran, juga jumlah umat kami belum banyak. Kami yang berjumlah 11 (sebelas)
KK ini, semua adalah keluarga.”
Rd. Ardy
Meman, dalam kotbah Hari Minggu Palma. Mengatakan bahwa, “bisa saja ketua Stasi
memimpin ibadat perayaan Pekan Suci. Tetapi kehadiran imam itu sangat penting.”
Seperti Rasul Paulus dalam mengemban misinya, mewartakan Kristus kepada
orang-orang bukan Yahudi. Ia tidak tinggal dan diam, tetapi berkeliling,
menghadapi pelbagai hambatan dan tantangan. Misi bukan saja tentang
mengumpulkan banyak orang, tetapi juga melibatkan banyak orang dalam misi itu
sendiri. Itulah maksud dari RD. Ardy, ia tidak ingin diam dan tinggal di Rumah Pastoral Paroki. Ia keluar dan menghadapi hambatan dan tantangan demi sekadar
mengunjungi umat di Stasi Kecil, Stasi Santu Petrus Ndao. Romo Ardy pun
menimpali bahwa hendaknya semua umat di Stasi ini saling mendukung, terlibat
aktif dalam kegiatan Gereja, “saling melengkapi dan melayani atas dasar Kasih
Kristus.”
Dalam
kunjungan ini, RD. Ardy juga mengajak umat dari Stasi Kola dan Feapopi yang ada
di pulau Rote. Ajakan ini disambut
hangat, umat dari dua stasi ini akan datang ke Pulau Ndao pada Rabu, 05 April
2023. Mereka juga akan mengambil bagian dalam perayaan Kamis Putih dan Jumat
Agung. Kunjungan ini dimaknai Pastor Paroki St. Kristoforus Ba’a, RD. Ardy sebagai
Redemptoris Missio, sebagai mana yang termuat dalam Art. 22 “Diutus Sampai
Ke Bumi,” yang merujuk pada Amanat Agung ( Perintah Perutusan) dari Yesus sendiri
(Mat. 28: 18-20). Satu keinginan beliau adalah meneladani Yesus Kristus dalam pelayan
tanpa ada tujuan untuk “uang.” Ia juga menghimbau agar semua imam haruslah demikian,
agar umat mendapat pelajaran dan teladan bagaimana semangat melayani yang sejatinya.
“Terjun ke tengah umat, merasakan kehidupan umat, tidur di tempat tidur umat dan
makan apa yang dimakan umat.” Tidak pun hanya untuk imam, awam juga punya tugas
yang sama, ketika imam sudah memberi teladan, umat harusnya siap meneladaninya.
Karena yang memiliki imamat bukan hanya imam, tapi umat juga punya imamat umum.
Dari sini saya
secara pribadi memetik pesan, bahwa iman tidak tumbuh dalam diam dan tinggal, tetapi
dalam tindakan semangat pelayan.
PERGILAH, KAMU DI UTUS!
#Modestus Peter Iwan Doluhalang
Ndao, 4 April 2023
Lihat juga bacaan lain di BERANDA


Tidak ada komentar:
Posting Komentar