Perlahan ku buka mata. Berat, ya memang sangat berat tuk tinggalkan mimpi yang belum tuntas ku rajut, tapi harus ku paksakan!
Kelat!
Jujur hati enggan membuka mata ini, namun raga tak harus terus tidur. Bergerak mencari jawaban.
Terbelalak bola mata memerah, muka turut serta namun hati tidak, ia lebih memilih untuk bingung dan terus menatap tontonan lucu yang kian terpamerkan.
Lelah melihat, tanpa komentar hati bertanya, mengapa demikian?
Mengapa dan terus saja mengapa?
Mata lebih melihat namun kala peka dari nurani. Peka terhadap jiwa yang mudahnya meninggalkan jasad, jiwa muda obsesi dan stres berputus asa dan putus nyawa.
Inikah prinsip hidup yang semestinya? Lalu apa yang seharusnya membuat badan melayang bebas dari penyebrangan bernamakan "Liliba" Tersebut?
Hai muda, kau teramat kuat,
Janganlah berpekikan berat-berat,
Kepalamu masih dibutuhkan rakyat.
Lupakah kau akan hidup lalu yang kian melarat, hingga kau terpaksakan batinmu untuk terjun bersaing dengan ribuan ambisi yang sarat?
Jilatlah ludah mu itu!
Jilat saja! Tak perlu kau risau pada mata indah rembulan yang kadang tak selalu sepenuhnya datang.
Wajahnya ia sembunyikan!
Ia pun tak setia bukan?
Lawanlah nabsu hasrat mu!
Kau masih teramat kuat!
Tapak jauh masih harus kau rajut.
Ingatlah betapa pilu luka dalam sang pujaan mu? Mereka teramat luka melihat kau patah dalam tumbuh yang terlalu mudah!
SEGERALAH BANGUN DARI MIMPIMU HAI KAU YANG MUDAH!!!!
_Modestus Petter Iwan Dlhg


Tidak ada komentar:
Posting Komentar